Tuesday, March 6, 2012

Melayat Ke Rumah Duka Ayahanda Ketut Sila

By Harsa Wirottama

Minggu 4 Februari 2012.

Kali ini, beberapa anggota SMASTA 89 menyempatkan diri datang ke rumah duka mendiang ayahanda rekan kita, Ketut Sila, yang meninggal dunia di BRSUD Tabanan 28 Februari 2012 pada umur 70 tahun, karena penyakit limpa. Sekedar informasi, selama masa dirawat di BRSUD Tabanan, beberapa rekan sempat menyambangi Ketut Sila untuk sekedar mengungkapkan simpati, termasuk upaya menyumbangkan darah untuk sang ayah, meskipun akhirnya hanya satu yang bisa terealisasi (thanks to @Murdana atas donor darahnya).

Berikut adalah kisah melayat kita ke rumah duka, Desa Senganan, Penebel, Tabanan.


Perasaan duka menyelimuti kami saat memasuki halaman rumah duka. Tuan rumah mempersilakan kami duduk di lantai bale gede dekat jenazah disemayamkan, meskipun beberapa rekan ada yang memilih duduk di teras.

Sebuah televisi ukuran besar terpasang di sisi selatan bale, yang ternyata menampilkan slideshow foto-foto almarhum saat masih hidup. Karangan bunga dari Seka Suka Duka SMASTA 89 juga ikutan terpajang di sana.

Rasa haru yang sebelumnya meliputi kami semua, tiba-tiba berubah saat rekan kita Ketut Sila dengan wajah berseri-seri (meskipun tetap tergurat kesedihan) menyatakan sudah bisa mengikhlaskan kepergian ayahnya, tiada lagi yang patut ditangisi. Kesedihan yang dirasakan seminggu terakhir mendampingi ayahanda di BRSUD Tabanan menjelang beliau berpulang, kini sudah mulai bisa dilupakan. Sebuah sikap mental yang sangat kuat dan ketabahan yang luar biasa. Bahwa kepergian ayahanda tercinta semata-mata adalah sebuah pembebasan beliau dari segala ikatan dunia, dan telah menemukan kebahagiaan sejatinya, kembali ke "pangkuan" Tuhan Yang Maha Esa (***aih.. wayah teorine).


Melihat Ketut Sila yang tabah dan dapat melupakan kesedihan, sontak kami semua "berubah sikap". Dari sebelumnya bermuram durja menjadi ikutan berseri-seri. Alhasil pembicaraan pun menjadi gayeng. Selain mengucapkan duka cita ke seluruh keluarga Ketut Sila dan sekalian memperkenalkan diri, percakapan seputar SMASTA 89 pun akhirnya mendominasi. Tak jarang gelak tawa khas 89 bermunculan. Diskusi pun juga digelar, membahas beberapa hal mulai agenda-agenda kegiatan yang layak dilakukan ke depan, hingga rencana melakukan pendekatan dan kunjungan terhadap rekan-rekan yang tertimpa masalah pribadi.

Namun yang jelas, kami tetaplah serius. Serius tapi santai. Kami tetap berusaha menunjukkan simpati yang terdalam buat keluarga Ketut Sila dan memberikan penghormatan terakhir buat ayahandanya tercinta, namun di sisi lain tetap menghibur Ketut Sila untuk tabah menjalani kehidupan ke depan tanpa sang ayahanda.

Di akhir kunjungan, dengan tetap menerapkan style tersenyum, kami semua berpose di halaman rumah dilanjutkan dengan mohon pamit kepada tuan rumah kembali ke markas masing-masing di Tabanan.


Selamat Jalan Ayahanda Ketut Sila





Galeri Foto:


Read More......